BAB1
Pengertian perilaku konsumen
Menurut Engel, Blackwell dan Miniard (1990), perilaku konsumen diartikan “…. Those actions directly involved in obtaining, consuming, and disposing of products and services, including the decision processes that precede and follow this action” (p.3).
Perilaku konsumen merupakan tindakan–tindakan yang terlibat secara langsung dalam memperoleh, mengkonsumsi, dan membuang suatu produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan – tindakan tersebut.
Menurut Mowen (1995), “ Consumer behavior is defined as the study of the buying units and the exchange processes involved in acquiring, consume, disposing of goods, services, experiences, and ideas” (p.5).
Perilaku konsumen adalah aktivitas seseorang saat mendapatkan, mengkonsumsi, dan membuang barang atau jasa (Blackwell, Miniard, & Engel, 2001). Sedangkan The American Marketing Association mendefinisikan perilaku konsumen sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakukan pertukaran aspek hidupnya. Dalam kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaanyang dialami manusia dan aksi yang dilakukan saat proses konsumsi (Peter & Olson, 2005). Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi (Hanna & Wozniak, 2001).
Katona (dalam Munandar, 2001) memandang perilaku konsumen sebagai cabang ilmu dari perilaku ekonomika (behavioral economics). Selain itu, menurut Dieben (2004) perilaku konsumen adalah “the decision process and physical activity individuals engange in when evaluating, acquiring, using or disposing of goods and services” mencakup perolehan, penggunaan disposisi produk, jasa, waktu, dan gagasan. Dalam perilaku konsumen terdapat consumer dan customer.
Menurut Engel (dalam Mangkunegara, 2002) mengemukakan bahwa perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan-tindakan individu yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang-barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan menentukan tindakan-tindakan tersebut. Loudon dan Bitta (1984) mendefinisikan perilaku konsumen yaitu sebagai proses pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan dalam mengevaluasi, memperoleh, mempergunakan barang-barang dan jasa. Menurut Peter dan Oslo (dalam Rangkuti, 2002) menyatakan bahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf menjelaskan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan proses dan hubungan sosial yang dilakukan oleh individu, kelompok dan oraganisasi dalam mendapatkan, menggunakan sesuatu produk sebagai suatu akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan dan sumber-sumber lainnya.
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Selain itu merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses keputusan yang me
Adalah tingkah laku dari konsumen, dimana mereka dapat mengilustrasikan pencarian untuk membeli, menggunakan, mengevaluasi dan memperbaiki suatu produk dan jasa mereka. Focus dari perilaku konsumen adalah bagaimana individu membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya mereka yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang.
Dua wujud konsumen
1. Personal Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk penggunaannya sendiri.
2. Organizational Consumer : konsumen ini membeli atau menggunakan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan dan menjalankan organisasi tersebut.
Production concept
Konsumen pada umumnya lebih tertarik dengan produk-produk yang harganya lebih murah. Mutlak diketahui bahwa objek marketing tersebut murah, produksi yang efisien dan distribusi yang intensif.
Product concept
Konsumen akan menggunakan atau membeli produk yang ditawarkan tersebut memiliki kualitas yang tinggi, performa yang terbaik dan memiliki fitur-fitur yang lengkap.
Selling concept
Marketer memiliki tujuan utama yaitu menjual produk yang diputuskan secara sepihak untuk diproduksi.
Marketing concept
Perusahaan mengetahui keinginan konsumen melalui riset yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian memproduksi produk yang diinginkan konsumen. Konsep ini disebut marketing concept.
Market segmentation
Membagi kelompok pasar yang heterogen ke kelompok pasar yang homogen.
Market targeting
Memlih satu atau lebih segmen yang mengidentifikasikan perusahaan untuk menentukan.
Positioning
Mengembangkan pemikiran yang berbeda untuk barang dan jasa yang ada dalampikiran konsumen.
Menyediakan nilai pelanggan didefinisikan sebagai rasio antara keuntungan yang dirasakan sumber-sumber (ekonomi, fungsional dan psikologi) digunakan untuk menghasilkan keuntungan-keuntungan tersebut.
Keuntungan yang telah dirasakan berupa relative dan subjektif.
Kepuasan pelanggan adalah persepsi individu dari performa produk atau jasa dalam hubungannya dengan harapan-harapan.
Mempertahankan konsumen adalah bagaimana mempertahankan supaya konsumen tetap loyal dengan satu perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lain, hamper dalam semua situasi bisnis, lebih mahal untuk mencari pelanggan baru dibandingkan mempertahankan yang sudah ada.
Etika pasar dan tanggung jawab social
Konsep pemasaran social mewajibkan semua pemasar wapada terhadap prinsip tanggung jawab social dalam memasarkan barang atau jasa mereka, oleh sebab itu pemasar harus mampu memuaskan kebutuhan dan keinginan dari targt pasar mereka. Praktek etika dan tangung jawab social dalah bisnis yang bagus, tidak hanya meningkatkan penjualan tetapi menghasilkan kesan yang baik.
BAB 2
SEGMENTASI PASAR
Segmentasi
pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar yang bersifat heterogen dari
suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen pasar) yang bersifat
homogen. Dengan kata lain, segmentasi pasar adalah kegiatan membagi
pasar menjadi kelompok pembeli yang terbedakan dengan kebutuhan,
karakteristik, atau tingkah laku berbeda yang mungkin membutuhkan produk
atau bauran pemasaran terpisah.
Perusahaan membagi pangsa pasar ke
dalam segmen-segmen pasar tertentu di mana masing-masing segmen tersebut
bersifat homogen. Perbedaan keinginan dan hasrat konsumen merupakan
alasan yang utama untuk diadakannya segmentasi pasar. Jika terdapat
bermacam-macam hasrat dan keinginan konsumen, maka perusahaan dapat
mendesain suatu produk untuk mengisi suatu heterogenitas keinginan dan
hasrat tersebut. Dengan demikian dapat berkreasi dengan suatu penambahan
penggunaan yang khusus untuk konsumen dalam segmen yang diinginkan.
Konsumen akan mau membayar lebih tinggi terhadap produk yang mereka
butuhkan bila mereka menerima berbagai keuntungan dari produk tersebut.
Perusahaan atau para penjual mengklasifikasikan beberapa kelompok
sasaran segmen pemasaran, yakni segmentasi pasar konsumen, segmentasi
pasar industri, dan segmentasi pasar internasional. Kelompok segmen
pasar tersebut memiliki karakteristik berbeda, sehingga memerlukan cara
tersendiri untuk menanganinya.
Membuat Segmentasi Pasar Konsumen
Tidak
ada cara tunggal untuk membuat segmen pasar. Pemasar harus mencoba
variabel segmentasi yang berbeda, secara sendiri atau kombinasi untuk
mencari cara terbaik untuk memetakan struktur pasar. Terdapat beberapa
variabel utama yang sering digunakan untuk menentukan segmentasi pasar,
yakni variabel geografik, demografik, psikografik, dan tingkah laku
tertentu.
1. Segmentasi Geografik
Segmentasi geografik membagi
pasar menjadi beberapa unit secara geografik seperti negara, regional,
propinsi, kota, wilayah kecamatan, wilayah kelurahan dan kompleks
perumahan. Sebuah perusahaan mungkin memutuskan untuk beroperasi dalam
satu atau beberapa wilayah geografik ini atau beroperasi di semua
wilayah tetapi tidak memperhatikan kebutuhan dan keinginan psikologis
konsumen. Banyak perusahaan dewasa ini “merigionalkan“ program pemasaran
produknya, dengan melokalkan produk, iklan, promosi dan usaha penjualan
agar sesuai dengan kebutuhan masingmasing regional, kota, bahkan
kompleks perumahan.
2. Demografi
Segmentasi pasar demografik
membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan pada variabel seperti jenis
kelamin, umur, status perkawinan, jumlah keluarga, umur anak,
pendapatan, jabatan, lokasi geografi, mobilitas, kepemilikan rumah,
pendidikan, agama, ras atau kebangsaan. Faktor-faktor demografik ini
merupakan dasar paling populer untuk membuat segmen kelompok konsumen.
Alasannya utamanya, yakni kebutuhan konsumen, keinginan, dan mudah
diukur. Bahkan, kalau segmen pasar mula-mula ditentukan menggunakan
dasar lain, maka karakteristik demografik pasti
diketahui agar mengetahui besar pasar sasaran dan untuk menjangkau secara efisien.
a. Umur dan Tahap Daur Hidup
Perusahaan
menggunakan segmentasi umur dan daur hidup, yakni menawarkan produk
berbeda atau menggunakan pendekatan pemasaran yang berbeda untuk
kelompok umur dan daur hidup berbeda. Misalnya, beberapa perusahaan
makanan ringan “ciki” membuat produknya untuk konsumsi kaum anak-anak
dan remaja.
b. Jenis Kelamin
Perusahaan menggunakan segmentasi
jenis kelamin untuk memasarkan produknya, misalnya pakaian, kosmetik,
dan majalah. Banyak perusahaan kosmetika, yang mengembangkan produk
parfum yang hanya ditujukan kepada para wanita atau kaum pria.
c. Pendapatan
Pemasar
produk telah lama menggunakan pendapatan menjadi segmentasi pemasaran
produk dan jasanya, seperti mobil, kapal, pakaian, kosmetik dan jasa
transportasi. Banyak perusahaan membidik konsumen kaya dengan
barang-barang mewah dan jasa yang memberikan kenyamanan dan keselamatan
ekstra, sebaliknya ada beberapa perusahaan kecil yang membidik konsumen
dengan level social-ekonomi
menengah ke bawah.
d. Segmentasi Demografik Multivariasi
Perusahaan
banyak yang mensegmentasi pasar dengan me-nggabungkan dua atau lebih
variabel demografik. Misalnya, suatu pemasaran produk yang segmentasi
pasarnya diarahkan pada umur dan jenis kelamin.
3. Segmentasi Psikografik
Segmentasi
psikografik membagi pembeli menjadi kelompok berbeda berdasarkan pada
karakteristik kelas sosial, gaya hidup atau kepribadian. Dalam kelompok
demografik, orang yang berbeda dapat mempunyai ciri psikografik yang
berbeda.
a. Kelas Sosial
Kelas sosial ternyata mempunyai pengaruh
kuat pada pemilihan jenis mobil, pakaian, perabot rumah tangga,
properti, dan rumah. Pemasar menggunakan variabel kelas sosial sebagai
segmentasi pasar mereka.
b. Gaya Hidup
Minat manusia dalam
berbagai barang dipengaruhi oleh gaya hidupnya, dan barang yang mereka
beli mencerminkan gaya hidup tersebut. Atas dasar itu, banyak pemasar
atau produsen yang mensegmentasi pasarnya berdasarkan gaya hidup
konsumennya. Sebagai misal, banyak produsen pakaian remaja yang
mengembang-kan desain produknya sesuai dengan selera dan gaya hidup
remaja.
c. Kepribadian
Para pemasar juga menggunakan variabel
kepribadian untuk mensegmentasi pasar, memberikan kepribadian produk
mereka yang berkaitan dengan kepribadian kopnsumen. Strategi segmentasi
pasar yang berhasil berdasarkan pada kepribadian telah dipergunakan
untuk produk seperti kosmetik, rokok, dan minuman ringan.
4. Segmentasi Tingkah Laku
Segmentasi
tingkah laku mengelompokkan pembeli berdasarkan pada pengetahuan,
sikap, penggunaan atau reaksi mereka terhadap suatu produk. Banyak
pemasar meyakini bahwa variabel tingkah laku merupakan awal paling baik
untuk membentuk segmen pasar.
a. Kesempatan
Segmentasi kesempatan
membagi pasar menjadi kelompok berdasarkan kesempatan ketika pembeli
mendapat ide untuk membeli atau menggunakan barang yang dibeli. Pembeli
dapat dikelompokkan menurut kesempatan ketika mereka mendapat ide untuk
membeli, benar-benar membeli, atau menggunakan barang yang dibeli.
Segmentasi kesempatan dapat membantu perusahaan meningkatkan pemakaian
produknya. Sebagai misal, Kodak menggunakan segmentasi kesempatan untuk
merancang dan memasarkan kamera sekali pakai. Konsumen hanya perlu
memotrek dan mengembalikan film, kamera, dan semuanya, untuk diproses.
Dengan menggabungkan lensa, kecepatan film, dan peralatan tambahan yang
lain. Kodak mengembangkan kamera versi khusus untuk hampir segala macam
kesempatan, dari fotografi bawah air sampai memotret bayi.
b. Manfaat yang Dicari
Salah
satu bentuk segmentasi yang ampuh adalah mengelompokkan pembeli menurut
manfaat yang mereka cari dari produk. Segmentasi manfaat membagi pasar
menjadi kelompok menurut beragam manfaat berbeda yang dicari konsumen
dari produk. Segmentasi manfaat menuntut ditemukannya manfaat utama yang
dicari orang dalam produk, jenis orang yang mencari setiap manfaat, dan
merek utama yang mempunyai manfaat. Perusahaan dapat menggunakan
segmentasi manfaat untuk memperjelas segmen manfaat yang mereka
inginkan, karakteristiknya, serta merek utama yang bersaing. Mereka juga
dapat mencari manfaat baru dan meluncurkan merek yang memberikan
manfaat itu.
c. Status Pengguna
Pasar dapat disegmentasi
menjadi kelompok bukan pengguna, mantan pengguna, pengguna potensial,
pengguna pertama kali, dan pengguna regular dari suatu produk. Pemimpin
pemasaran akan memfokuskan pada cara menarik pengguna potensial,
sedangkan perusahaan yang lebih kecil akan memfokuskan pada cara menarik
pengguna saat ini agar meninggalkan pimpinan pemasaran.
d. Tingkat Pemakaian
Dalam
segmentasi tingkat pemakaian, pasar dapat dikelompokkan menjadi
kelompok pengguna ringan, menengah dan berat. Jumlah pengguna berat
seringkali hanya sebagian kecil dari pasar, tetapi menghasilkan
persentase yang tinggi dari total pembelian. Pengguna produk dibagi
menjadi dua bagian sama banyak, yakni separuh pengguna ringan, dan
separuh pengguna berat, menurut tingkat pembelian dari produk spesifik.
Sebagai contoh, ditunjukkan bahwa sejumlah 41% rumah tangga yang
disurvai membeli bir, sebesar 87% pengguna berat peminum bir (hampir
tujuh kali lipat dari pengguna ringan).
e. Status Loyalitas
Sebuah
perusahaan dapat disegmentasikan berdasarkan loyalitas konsumen.
Konsumen dapat loyal terhadap merek, toko dan perusahaan. Pembeli dapat
dibagi beberapa kelompok menurut tingkat loyalitas mereka. Beberapa
konsumen benar-benar loyal (membeli selalu membeli satu jenis produk),
kelompok lain agak loyal (mereka loyal pada dua merek atau lebih dari
suatu produk, atau menyukai satu merek tetapi kadang-kadang membeli
merek yang lain). Pemasar harus berhati-hati ketika menggunakan
loyalitas merek dalam strategi segmentasinya. Pola pembelian yang loyal
pada merek ternyata mencerminkan sebagai kebiasaan, sikap acuh tak acuh,
harga yang rendah atau daftar yang telah tersedia.
STRATEGI PEMASARAN
1. TARGETING
Targeting,
dari kata-katanya saja sudah bisa kelihatan target yang berarti
membidik. Setelah kita mendapatkan pemetaan pasar melalui proses
segmenting diatas. Langkah selanjutnya adalah targeting yaitu membidik
pasar yang telah kita pilah-pilah diatas tentunya kita akan membidik
pasar yang sesuai dengan karakteristik produk kita dan tentunya kondisi
pasar yang kondusif serta kompetitif dan tak ketinggalan tentunya
potensi pasar yang cukup besar agar dapat mendapatkan dan menentukan
strategi eksekusi marketing yang tepat.
2. POSITIONING
Setelah
kita mentarget atau membidik pasar yang akan kita masuki langkah
selanjutnya adalah melakukan positioning yaitu melakukan kajian atau
penelitian untuk memposisikan produk kita di pasaran diantara
produk-produk yang sudah kalo disini kita bicara produk kita bukan
sebagai innovate produk yang merupakan "new comer" di pasaran.
langkahnya bisa menggunakan strategi perceptual mapping seperti yang
dibawah ini
misalkan
produk yang akan kita pasarkan adalah produk coklat seperti gambar
perceptual mapping diatas. di pasaran kita telah mendapati beberapa
produk-produk coklat yang telah terlebih dahulu memasuki pasaran kita
pasti sebagai new comer di dalam pasar tersebut pastinya akan
memposisikan produk kita agar dapat bersaing secara kompetitif dengan
incumbent yang telah lama ada di pasaran. apakah kita akan memposisikan
dengan harga yang tinggi dan kualitas yang tinggi pula atau sebaliknya
atau bahkan kombinasinya.
Positioning adalah tindakan merancang
penawaran dan citra perusahaan sehingga menempati suatu posisi
kompetitif yang berarti dan berada dalam benak pelanggan sasarannya
(Kotler, 1997). Positioning merupakan elemen yang sangat utama dalam
suatu strategi pemasaran. Sebuah perusahaan dapat menentukan posisinya
melalui persepsi pelanggan terhadap produknya dan produk pesaingnya
sehingga akan dihasilkan peta persepsi. Dengan menggunakan informasi
dari peta persepsi itu, dapat
dikenali berbagai strategi penentuan posisi antara lain :
a. Positioning menurut atribut produk
Usaha memposisikan diri menurut atribut produknya.
b. Positioning menurut manfaat
Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu manfaat tertentu
c. Positioning menurut harga/ kualitas
Produk diposisikan sebagai nilai (harga dan kualitas) terbaik.
d. Positioning menurut penggunaan/ penerapan
Usaha memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah penggunaan/ penerapan
e. Positioning menurut pemakai
Usaha memposisikan produk sebagai yang terbaik untuk sejumlah kelompok pemakai
f. Positioning menurut pesaing
Produk memposisikan diri sebagai lebih baik daripada pesaing utamanya.
g. Positioning menurut kategori produk
Produk diposisikan sebagai pemimpin dalam suatu kategori produk.
3. BAURAN PEMASARAN
Salah
satu unsur dalam strategi pemasaran terpadu adalah Bauran Pemasaran,
yang merupakan strategi yang dijalankan perusahaan, yang berkaitan
dengan penentuan, bagaimana perusahaan menyajikan penawaran produk pada
satu segmen pasar tertentu, yang merupakan sasaran pasarannya.
Marketing mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan
inti dari sistem pemasaran, variabel mana dapat dikendalikan oleh
perusahaan untuk mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan
dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam melakukan
kegiatan pemasarannya. Dengan demikian perusahaan tidak hanya sekedar
memiliki kombinasi kegiatan yang terbaik saja, akan tetapi dapat
mengkoordinasikan berbagai variabel marketing mix tersebut, untuk
melaksanakan program pemasaran secara efektif. Menurut William J.Stanton
pengertian marketing mix sccara umum adalah sebagai berikut:
marketing mix adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan kombinasi
empat besar pembentuk inti sistem pemasaran sebuah organisasi. Keempat
unsur tersebut adlah penawaran produk/jasa, struktur harga, kegiatan
promosi, dan sistem distribusi. Keempat unsur atau variabel bauran
pemasaran (Marketing mix) tersebut atau yang disebut four p’s adalah
sebagai berikut:
1. Strategi Produk (Product)
2. Strategi Harga (Price)
3. Strategi Penyaluran / Distribusi
4. Strategi Promosi (Promotion)
BAB 3
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang
berhubungan denganpencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta
pengevaluasian produk dan jasademi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk
membuat keputusan pembelian.Untuk barang berharga jual rendah
(low-involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan dengan mudah,
sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high-involvement) proses
pengambilan keputusan dilakukan dengan dengan pertimbangan yang matang.
Pemahaman akan perilaku konsumen dapat diaplikasikan dalam beberapa hal,
yang pertama adalah untuk merancang sebuah strategi pemasaran yang
baik, misalnya menentukan kapan saat yang tepat perusahaan memberikan
diskon untuk menarik pembeli. Kedua, perilaku konsumen dapat membantu
pembuat keputusan membuat kebijakan publik. Misalnya dengan mengetahui
bahwa konsumen akan banyak menggunakan transportasi saat lebaran,
pembuat keputusan dapat merencanakan harga tiket transportasi di hari
raya tersebut. Aplikasi ketiga adalah dalam halpemasaran sosial (social
marketing), yaitu penyebaran ide di antara konsumen. Dengan memahami
sikap konsumen dalam menghadapi sesuatu, seseorang dapat menyebarkan ide
dengan lebih cepat dan efektif.
o Lingkup keputusan pembelian yang harus diketahui pemasar, Keputusan tentang kategori produk :
• Memahami lingkup persaingan produk
• Trend terhadap permintaan
o Pendekatan dalam meneliti perilaku konsumen
Terdapat tiga pendekatan utama dalam meneliti perilaku konsumen.
Pendekatan pertama adalah pendekatan interpretif. Pendekatan ini
menggali secara mendalam perilaku konsumsi dan hal yang mendasarinya.
Studi dilakukan dengan melalui wawancara panjang dan focus group
discussion untuk memahami apa makna sebuah produk danjasa bagi konsumen
dan apa yang dirasakan dan dialami konsumen ketika membeli dan
menggunakannya.
1. Pendekatan kedua adalah pendekatan tradisional yang didasari pada
teori dan metode dari ilmu psikologi kognitif, sosial, dan behaviorial
serta dari ilmu sosiologi. Pendekatan ini bertujuan mengembangkan teori
dan metode untuk menjelaskan perliku dan pembuatan keputusan konsumen.
Studi dilakukan melalui eksperimen dan survey untuk menguji coba teori
dan mencari pemahaman tentang bagaimana seorang konsumen memproses
informasi, membuat keputusan, serta pengaruh lingkungan sosial terhadap
perilaku konsumen/
2. Pendekatan ketiga disebut sebagai sains marketing yang didasari
pada teori dan metode dari ilmu ekonomi dan statistika. Pendekatan ini
dilakukan dengan mengembangkan dan menguji coba model matematika untuk
memprediksi pengaruh strategi marketing terhadap pilihan dan perilaku
konsumen.
3. Ketiga pendekatan sama-sama memiliki nilai dan tinggi dan
memberikan pemahaman atas perilaku konsumen dan strategi marketing dari
sudut pandang dan tingkatan analisis yang berbeda. Sebuah perusahaan
dapat saja menggunakan salah satu atau seluruh pendekatan, tergantung
permasalahan yang dihadapi perusahaan tersebut.
Roda analisis konsumen
Roda analisis konsumen adalah kerangka kerja yang digunakan marketer
untuk meneliti, menganalisis, dan memahami perilaku konsumen agar dapat
menciptakan strategi pemasaran yang lebih baik. Roda analisis konsumen
terdiri dari tiga elemen: afeksi dan kognisi, lingkungan, dan perilaku.
o Proses pengambilan keputusan pembelian
Sebelum dan sesudah melakukan pembelian, seorang konsumen akan melakukan
sejumlah proses yang mendasari pengambilan keputusan, yakni: Pengenalan
masalah (problem recognition). Konsumen akan membeli suatu produk
sebagai solusi atas permasalahan yang dihadapinya. Tanpa adanya
pengenalan masalah yang muncul, konsumen tidak dapat menentukan produk
yang akan dibeli.
1. Pencarian informasi (information source). Setelah memahami masalah
yang ada, konsumen akan termotivasi untuk mencari informasi untuk
menyelesaikan permasalahan yang ada melalui pencarian informasi. Proses
pencarian informasi dapat berasal dari dalam memori (internal) dan
berdasarkanpengalaman orang lain (eksternal).
2. Mengevaluasi alternatif (alternative evaluation). Setelah konsumen
mendapat berbagai macam informasi, konsumen akan mengevaluasi alternatif
yang ada untuk mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
3. Keputusan pembelian (purchase decision). Setelah konsumen
mengevaluasi beberapa alternatif strategis yang ada, konsumen akan
membuat keputusan pembelian. Terkadang waktu yang dibutuhkan antara
membuat keputusan pembelian dengan menciptakan pembelian yang aktual
tidak sama dikarenakan adanya hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan.
Evaluasi pasca pembelian(post-purchase evaluation) merupakan proses
evaluasi yang dilakukan konsumen tidak hanya berakhir pada tahap
pembuatan keputusan pembelian.Setelah membeli produk tersebut, konsumen
akan melakukan evaluasi apakah produk tersebut sesuai dengan harapannya.
Dalam hal ini, terjadi kepuasandan ketidakpuasan konsumen. Konsumen
akan puas jika produk tersebut sesuai dengan harapannya dan selanjutnya
akan meningkatkan permintaanakan merek produk tersebut di masa depan.
Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika produk tersebut tidak
sesuai dengan harapannya dan hal ini akan menurunkan permintaan konsumen
di masa depan.
BAB 4
Evaluasi Aternatif Sebelum Pembelian
Tahap Sebelum Pembelian
Konsumen akan menggali informasi tentang produk serta mendefinisikan tingkat
kebutuhannya terhadap produk. Setelah mengidentifikasi kebutuhan dan
kemungkinan mencari alternative pilihan terhadap produk maka langkah
selanjutnya adalah melakukan evaluasi terhadap beberpa alternative
produk yang ditawarkan oleh produsen
Evaluasi Alternatif
Dari berbagai informasi yang diperoleh, selanjutnya di proses untuk
mendapatkan keputusan atau
pertimbangan nilai akan suatu produk, dan
akan menghasilkan beberapa atribut yang akan muncul,
setelah itu baru di
beri bobot dari berbagai alternatif.
Konsumen memproses informasi dari beberapa informasi dan membuat
pertimbangan untuk
memuaskan kebutuhan, konsumen mencari manfaat produk
dan memandang produk sebagai suatu
rangkaian atribut, atribut yang
menonjol dianggap penting. Pemasar perlu menjelaskan manfaat produk
dan menentukan atribut yang
menonjol untuk mempengaruhi Evaluasi Alternatif sebelum Keputusan.
Evaluasi Alternatif sebagai Proses
Evaluasi Alternatif sebagai Proses adalah suatu pemilihan tindakan
dari dua atau lebih pilihan alternative
dalam proses pengambilan
keputusan selanjutnya. Bila seseorang dihadapkan pada pembelian produk,
yaitu antara membeli produk yang satu dan yang lain dengan kesamaan
jenis, maka dia ada dalam posisi
harus membuat Evaluasi Alternatif
sebelum pembelian. Dalam proses evaluasi alternatif, konsumen harus
melakukan pemecahan masalah dalam kebutuhan yang dirasakan dan
keinginannya untuk memenuhi
kebutuhan dengan konsumsi produk atau jasa
yang sesuai.
Tiga tingkatan dalam pemecahan ini;
- Pemecahan masalah yang mensyaratkan respons yang rutin.
- Pemecahan masalah dengan proses yang tidak berbelit-belit (terbatas).
- Pemecahan masalah yang dilakukan dengan upaya yang lebih
berhati-hati dan penuh pertimbang(pemecahan masalah yang
intensif).
Kriteria Evaluasi
Kriteria
evaluasi berisi dimensi atau atribut tertentu yang digunakan
dalam menilai alternatif-alternatif pilihan. Kriteria alternatif dapat
muncul dalam berbagai bentuk, misalnya dalam membeli mobil seorang
konsumen mungkin mempertimbangkan criteria, keselamatan, kenyamana,
harga, merek, negara asal (country of origin) dan juga spek hedonik
seperti gengsi, kebahagiaan, kesenangan dan sebagainya.
Beberapa kriteria eveluasi yang umum adalah:
1. Harga
Harga menentukan pemilihan alternatif. Konsumen cenderung akan memiliha
harga yang murahuntuk suatu produk yang ia tahu spesifikasinya. Namun
jika konsumen tidak bisa mengevaluasi kualitas produk maka harga
merupakan indicator kualitas. Oleh karena itu strategi harga hendaknya
disesuaikan dengan karakteristik produk.
2. Nama Merek
Merek terbukti menjadi determinan penting dalam pembelian obat.
Nampaknya merek merupakan penganti dari mutu dan spesifikasi produk.
Ketika konsumen sulit menilai criteria kualitas produk, kepercayaan pada
merek lama yang sudah memiliki reputasi baik dapat mengurangi resiko
kesalahan dalam pembelian.
3. Negara asal
Negara dimana suatu produk dihasilkan menjadi pertimbangan penting
dikalangan konsumen. negara asal sering mencitrakan kualitas produk.
Konsumen mungkin sudah tidak meraguakan lagi kualitas produk elektronik
dari Jepan. Sementara, untuk jam tangan nampaknya jam tangan buatan
Swiss meruapak produk yang handal tak teragukan.
4. Saliensi ( Atribut yang mencolok)
Konsep saliensi mencerminkan ide bahwa kriteria evaluasi kerap berbeda
pengaruhnya untuk konsumen yang berbeda dan juga produk yang berbeda.
Pada suatu produk mungkin seorang konsumen mempertimbangkan bahwa harga
adalah hal yang penting, tetapi tidak untuk produk yang lain. Atribut
yang mencolok (salient) yang benar-benar mempengaruhi proses evaluasi
disebut sebagai atribut determinan.
BAB 5
Pembelian
Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima tahap, yaitu:
a. Pengenalan Masalah
b. Pencarian Informasi
c. Evaluasi alternatif
d. Keputusan Membeli
e. Tingkah laku pasca pembelian.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana pembeli
mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan
antara keadaan nyata dan keadaan yang diinginkan.
b. Pencarian informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih banyak
informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan konsumen kuat dan
produk yang dapat memuaskan ada dalam jangkauan, konsumen kemungkinan
akan membelinya. Bila tidak, konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam
ingatan atau melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan tersebut.
Pengaruh relatif dari sumber informasi ini
bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya, konsumen menerima
sebagian besar informasi mengenai suatu produk dari sumber komersial,
yang dikendalikan oleh pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif
cenderung sumber pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting
dalam mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya memberitahu
pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau mengevaluasi produk
bagi pembeli. Misalnya, dokter pada umumnya belajar mengenai obat baru
cari sumber komersial, tetapi bertanya kepada dokter lain untuk
informasi yang evaluatif.
c. Evaluasi alternatif
Tahap dari
proses keputusan membeli, yaitu ketika konsumen menggunakan informasi
untuk mengevaluasi merk alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar
tertentu membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita
menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai kumpulan atribut
produk. Kedua, konsumen akan memberikan tingkat arti penting berbeda
terhadap atribut berbeda menurut kebutuhan dan keinginan unik
masing-masing. Ketiga, konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan
keyakinan merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap
atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen akan bervariasi
pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima, konsumen sampai pada sikap
terhadap merek berbeda lewat beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen
yang menggunakan lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada
konsumen dan keputusan pembelian.
Bagaimana konsumen mengevaluasi
alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-masing
individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa keadaan, konsumen
menggunakan perhitungan dengan cermat dan pemikiran logis. Pada waktu
lain, konsumen yang sama hanya sedikit mengevaluasi atau tidak sama
sekali; mereka membeli berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada
intuisi. Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri;
kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi konsumen, atau
wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari
pembeli untuk mengetahui bagaimana sebenarnya mereka mengevaluasi
alternatif merek. Bila mereka mengetahui proses evaluasi apa yang sedang
terjadi, pemasar dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi
keputusan membeli.
d. Keputusan membeli
Dalam tahap evaluasi,
konsumen membuat peringkat merek dan membentuk niat untuk membeli. Pada
umumnya, keputusan membeli konsumen adalah membeli merek yang paling
disukai, tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan
keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang lain, yaitu
pendapat dari orang lain mengenai harga, merek yang akan dipilih
konsumen. Faktor kedua adalah faktor situasi yang tidak diharapkan,
harga yang diharapkan dan manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi
peristiwa-peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e. Tingkah laku pasca pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen mengambil tindakan
lebih lanjut setelah membeli berdasarkan pada rasa puas atau tidak puas.
Yang menentukan pembeli merasa puas atau tidak puas dengan suatu
pembelian terletak pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi
yang diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan, konsumen
merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen merasa puas, bila
melebihi harapan konsumen akan merasa puas.
Konsumen mendasarkan
harapan mereka pada informasi yang mereka terima dari penjual, teman dan
sumber-sumber yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi
produknya, harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya
ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara harapan dan
prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen. Hal ini menunjukkan bahwa
pembeli harus membuat pernyataan yang jujur mengenai prestasi produknya
sehingga pembeli akan puas.